Guru Magetan Menulis

Lubang Cacing VS Lubang Hitam pada Anak Didik Kita ( Bag.3)

180Views

Memberikan penjelasan dimana letak  keberadaan anak didik di lubang hitam ( Blackhole), sungguh analogi yang sulit mencari mana yang ujung dan mana yang pangkal. Kenapa demikian? Itu semua karena paradigma pendidikan dunia yang cepat berubah sesuai dengan perubahan zaman.

Profesi seorang guru dalam mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan anak didik dianggap sebagai satu tugas mulia di hampir semua negara. Namun, hal itu mulai bergeser. Banyak moral value yang diabaikan oleh masyarakat maupun oleh guru itu sendiri. Tugas yang tadinya mulia, berubah menjadi satu profesi pekerjaan, yaitu hanya mengajar, serta mengabaikan tugas mulia lainnya seperti membimbing dan mendidik aklaq.

Tidak heran, seorang guru yang demikian itu, tidak akan pernah mampu mengantarkan anak didiknya dalam mewujudkan cita-cita dan mimpi mereka melalui lubang cacing ( Wormhole) dengan proses tepat sasaran, penguasaan semua materi dan skills dan percepatan waktu. Malah banyak guru yang membiarkan anak didik mereka terjebak tak tentu rimbanya dalam pusaran arus lubang hitam (Blackhole) di masa depannya.

Seperti sudah dijelaskan pada bagian pertama, lubang hitam itu seperti pusaran air mengalir dalam wastafel. Air masa depan anak didik mengalir entah kemana tergantung dari faktor tinggi rendah, besar kecil, tekanan, halangan dan hal teknis lainnya dalam dunia penddikan yang hanya pasrah menerima arah nasib aliran hidupnya. Indikasi yang nampak adalah kebermanfaatan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang digeluti seperti api yang jauh dari asap.

Bila seperti itu terjadi dalam skala besar, artinya pendidikan kita dianggap rendah secara kualitas dibanding jumlah kuantitas peserta belajar yang relatif sangat besar. Pendidikan (bisa) dianggap satu hal yang tidak bermanfaat. Bahkan, seperti kegiatan menyia-nyiakan waktu dan menghabiskan banyak tenaga dan dana untuk sesuatu yang kita semua tahu bahwa dunia pendidikan sedang menuju ke arah ‘ketidak pastian’.

Ketidak berhasilan anak didik dalam kehidupan mereka di masa depannya adalah dianggap murni kesalahan para guru di dunia pendidikan. Pemikiran semacam itu tertanam di pola pikir masyarakat homogen. Sedangkan masyarakat heterogen menganggap bahwa guru bukanlah satu-satunya faktor penyebab banyak anak didik gagal untuk melaju di Wormhole ( lubang cacing). Bisa jadi, faktor kebijakan pendidikan nasional yang dipengaruhi oleh aroma politis, faktor budaya, ekonomi, teknologi dan pertahanan. Sungguh, ibarat lingkaran setan dalam mencari akar permasalahan pendidikan nasional.

Kemana para guru dan anak didik akan  diarahkan dalam era bingkai Kurikulum Merdeka? Lubang cacing ataukah lubang hitam penddikan?

Bersambung

Eko Adri Wahyudiono
Guru SMA 1 Magetan, Jawa Timur

2 Komentar

  • Keresahan yang sama pasti dirasakan oleh para guru yang sejak awalnya memang bercita-cita menjadi seorang pendidik. Merdeka Belajar, hal yang harusnya sederhana menjadi begitu rumit dengan uraian panjang lebar. Jika konseptornya saja masih kesulitan menjelaskannya pada para guru, bagaimana guru akan memahami dan mewujudkan apa yang diharapkan ?
    Salut untuk analisisnya, sepakat saya

    • Terim kasih apresiasinya untuk berdiskusi secara mendalam tentang dunia pendidikan akan permasalahan dan tantangannya, Ini juga bahan perenungan bagi mereka yang terpanggil sebagai insan pendidik sejati. Salam

Tinggalkan Balasan