Guru Magetan Menulis

Bahasa Pemrograman Adalah Bahasa Kehidupan

190Views

Jika anda pernah hidup, sedang hidup dan akan hidup di kehidupan kedua anda, pastikan anda punya program hidup. Sedangkan mati saja butuh pemrograman.

Sebenarnya ketika mempelajari bahasa pemrograman, kita akan belajar tentang bagaimana kehidupan ini bekerja, sunatulloh-nya. Pasti muncul pertanyaan, kok bisa? cobalah sekarang berfikir, ada berapa banyak program yang tercipta karena mengadopsi pola-pola dalam kehidupan dan seberapa banyak pattern dalam kehidupan ini tercipta dari pemrograman yang memang sengaja diciptakan? Jawabnya adalah hampir semua atau bahkan semuanya. Terlepas dari pemrograman yang terkait bidang informatika atau yang lainnya, semua pasti ada programnya dan ada yang memprogram.

Sehingga ini menjadi pengetahuan umum, perilaku yang terus dilakukan akan membentuk program hidup, dan jika ingin menentukan kehidupan seperti apa yang diinginkan maka tetapkanlah programnya. Salah satu pola yang di adopsi dari kehidupan menjadi pattern dalam bahasa pemrograman adalah hukum kausalitas. Jika … maka … selain itu … . Sebuah algoritma yang di gunakan untuk membuat percabangan. Jika syarat percabangan berlaku pararel dan lebih dari satu, maka dibuatlah Case of .

Sebuah pola pengulangan (looping), pun tercipta dari proses repetisi yang terjadi sehari-hari. Berdasarkan jumlah repetisi yang sudah pasti, muncullah pengulangan For. Berdasarkan kondisi tertentu ada pengulangan While … do dan Repeat … until.

Bahkan dalam penerapan swap (penukaran) antar variabel juga akan lebih mudah menggunakan cara berfikir sehari-hari. Contohnya, untuk memindahkan Soto ke dalam mangkuk Bakso, agar Soto dan Bakso tidak bercampur atau tumpah, maka perlu ada wadah kosong. Wadah dalam bahasa pemrograman biasa di sebut dengan Variabel. Wadah dalam kehidupan ini, kadang hanya bisa diisi dengan jenis zat/benda tertentu. Seperti Baju tidak bisa atau tidak biasa menggunakan wadah mangkuk. Wadah ada juga yang berbentuk seperti almari atau rak yang memiliki sekat-sekat – di dalam pemrograman – wadah ini disebut Array. 

Dasar dalam berfikir program pun mengadopsi sistem kehidupan.

Input →Proses →Output

Apa pemicunya? pemicu dapat berupa kejadian tertentu, waktu tertentu, atau kondisi tertentu. Reaksi apa yang terjadi setelah pemicu terjadi? Di tahap proses, biasanya ada adopsi pola berfikir tertentu, sehingga menghasilkan data spesifik untuk di tampilkan sebagai output atau sebagai input dari proses yang lain.

Dengan logika bahwa bahasa pemrograman selalu mengadopsi ilmu hidup, maka mestinya hidup dapat diprogram dengan memanfaatkan metode, logika, dan algoritma bahasa pemrograman karena pada dasarnya sama, yaitu; sama-sama membuat program. Memerlukan jam terbang yang cukup agar mampu membuat program yang efektif, dan efisien. Ilmu Jawa menyebutnya ilmu TitenMengamati, mengumpulkan data dan informasi yang berulang, sehingga mampu menyimpulkan dan memprediksi kira-kira apa yang akan terjadi, meski kadang secara program tidak salah, tetapi menyebabkan efek error / crash.

Setiap program adalah sempurna pada masanya. Seiring berjalannya waktu akan ada bug yang ditemukan, atau virus yang menyerang. Sehingga perlu dilakukan 3 hal, 1) Update/Upgrade, 2) Instal ulang, atau 3) Uninstall. Sebagai contoh, Program Pacaran. Update/upgrade dengan program tambahan atau perbaikan jika hubungan terjadi crash baik karena bug (ketidak-siapan pasangan terhadap kejadian tertentu) atau virus (pelakor). Mungkin upgrade pada program hubungan, atau program masing-masing person pasangan. Install ulang jika ingin refresh program sesuai sedia kala (pabrikan), kembali pada niat awal, kesepakatan awal, dan suasana awal. Tetapi jika tidak memungkinkan untuk dilanjut “Uninstall” saja pasangan anda jika dirasa sudah tak bermanfaat atau ada program pengganti.

Ini masih seputar konsep awal pemrograman, selanjutnya jika Alloh SWT memberikan kesempatan, akan kita pelajari pemrograman yang lebih detil dan teknis.

Windi Riesdiansyah
Guru SMAN 1 Maospati, Magetan

Tinggalkan Balasan