Namanya Farradito Elian Zepta Firmansyah. Akrab disapa dengan panggilan Dito. Kali ini ia akan menceritakan pengalamannya untuk yang pertama kali pergi ke luar negeri dalam rangka mengikuti Event Global Youth Summit 2022. Siapkah kalian mendengar cerita keseruan Dito saat mengikuti event disana?
Changi Aiport, 22 November, jam 22.47 Dito beserta rombongan tiba. Semua sangat takjud akan kemegahan , kemewehan, kecanggihan Changi Airport. Bagaimana tidak, semua barang branded kelas dunia ada disana. Rasa gembira Dito tidak dapat dialihkan, kedua matanya menyusuri setiap jengkal bandara terbaik dunia tersebut.
Perjalanan yang melelahkan itu membuat Dito dan kawan-kawannya merasakan lapar yang tak terbendung. Mereka menemukan resto india bernama “AL FALAH BARAKAH”. Karena lelah fisik dan mental, mulai dari harga sampai rasa sudah tidak terpikirksn lagi, semua lahap menyantapnya. Selesai makan dan membayar, mereka pun keluar dengan wajah tertawa, kesal, dan kecewa larena baru sadar jika mahal begitu kurs dollar dikonversi ke Rupiah. Walaupun Dito dan kawan-kawannya memesan makanan sejuta umat “Nasi Goreng” rasanya tetap saja berbeda, Aneh.
Keesokan harinya, saat Dito tiba di tempat acara, dia dikejutkan oleh tempat acara yang menyerupai terop untuk pesta kebun. Tak terbayangkan oleh Dito, acara sekelas Asean bertempatkan dibawah terop yang sangat sederhana, dibawahnya terdapat kipas angin biasa. Tidak lain itu karena ada peraturan di singapura yang mengharuskan acara yang dihadiri oleh orang banyak harus outdoor. Walaupun begitu Dito tetap menjalani acara dengan antusias.
Geylang Seria, 24 November, jam 11.32 waktu presentasi. Dito tergabung dalam kelompok “Nafil”, bersama kedua temannya yang cantik, Shafira dan Azzahra. Dengan persiapan yang sudah mereka lakukan sebelum berangkat, mereka yakin bisa membawa Thropy Tetapi Allah berhendak lain. Dito beserta kedua teman kelompoknya gagal memasuki babak semi final. Pak Eko selaku pembimbing memberikan semangat, nasihat dan evaluasi tentang kesalahan Dito dan Tim. Semua mengerti akan kesalahan mereka yang sangat krusial. Mereka tidak turut larut membawa kesedihan itu mendalam, Dito dan Tim berkeyakinan itu adalah pembelajaran terbesar mereka dalam mengeksekusi dan memutuskan sesuatu.
Malam harinya, Dito bersama Dhio dan Lintang melampiaskan kelelahan presentasi dengan pergi ke Merlion Park. Alasan Dito ingin kesana karena Pak Eko memamerkan foto dengan suasana Marina Bay yang menawan. Trio wekwek merupakan sebutan dari Dito, Dhio, dan Lintang. Perjalanan menuju Merlion tidaklah mudah. Mereka bertiga masih awam sekali. Mereka harus gonta-ganti bus berkali-kali. Paling parahnya mereka bertiga hampir terserempet bus saat di terminal karena kebodohan mereka. Sampai di kawasan Merlion, mereka pun ternyata tidak dapat melihat patung merlion karena hujan cukup deras
Pagi harinya, Dito serta rombongan pergi ke Garden by The Bay. Pengalaman yang dirasakan disana sangatlah indah. Berkunjung ke Garden by The Bay merupakan salah satu impian Dito. Malam terakhir di Singapura, Dito bersama kawan-kawannya pergi lagi ke Merlion dan Marina Bay. Begitu takjubnya Dito dan kawan-kawannya melihat keindahan Marina Bay dan Merlion di malam hari sehingga berani menatap gemerlap lampu warna warni menyorot pada mata mereka. Itu merupakan malam terindah Dito. Tak pernah terbayangkan dalam benak Dito pada tahun ini Dia bisa pergi ke Singapura dan melihat langsung patung Merlion serta Marina Bay.
Dito sangat bersyukur bisa pergi ke Singapura dan mengikuti event disana. Dia juga senang bisa mendapat pengalaman dan banyak teman baru dari berbagai negara di sana. Menurut Dito ini adalah kado penutupan akhir tahun yang indah.
Gadis 18 tahun difoto tersebut di atas bernama Shafira Mahira Nariswari. Teman temanya kerap memanggilnya dengan sebutan “ipir“. Ia merupakan siswi dari kelas XII MIPA 3 SMAN 1 Magetan. Siapa sangka gadis remaja seperti itu memiliki jiwa kompetitif yang dibilang cukup tinggi. Mencoba berbagai pengalaman perlombaan yang pernah ia lakukan di Kabupaten Magetan membuatnya ingin selangkah atau bahkan beberapa langkah maju kedepan untuk mengikuti ajang perlombaan di Luar Negeri, tepatnya di negara tetangga yakni Singapura.
Selasa, 22 November 2022 adalah hari pemberangkatan bersama teman temanya. Asli seperti imajinasi ia bisa terbang ke negara maju Singapura, tak pernah terbayangkan olehnya, niat mencari pengalaman adalah bekal terbesarnya. Rasa takut, cemas, overthinking akan kegagalan masih ada dalam benaknya.
Global Youth Summit,ASEAN, itulah nama ajang yang diikuti oleh Shafira di Singapura. Ajang dimana tiap tiap siswa dari berbagai negara harus berlomba mencari inovasi bagaimana agar alam tetap terjaga secara berkelanjutan, pengolahan limbah, cara mengelola sampah, dan cara mengelola energi yang baik. Di kesempatan kali ini, Ia bersama kelompoknya yaitu Azzahra dan Farradito membawa inovasi yang bernama NAFIL (Natural Filtration) Of Leather Waste.
Melihat kondisi daerah Mojopurno, Magetan yang terkenal dengan pembuangan limbah secara cuma cuma ke sungai membuat mereka ingin mengangkat tema tersebut di ajang Internasional. Mulai dari survei, pengambilan sampel, dan percobaan sudah mereka lakukan sebelumnya.
Day 1, Global Youth Summit terdapat beberapa agenda yaitu mulai dari opening ceremony sampai bermain game dengan teman teman dari negara lain, seru dan asyik. Day 2 merupakan hari yang padat karena mereka harus mempersiapkan diri maju ke atas panggung untuk presentasi. Waktu presentasi tidaklah banyak hanya 3 menit, dengan demikian mau tidak mau mereka harus menyiapkan materi dengan selengkap dan seringkas mungkin. Siang hari telah tiba saat dimana pengumuman tim yang berhasil lolos ke babak final, dan tim mereka tidak lolos ke ke babak selanjutnya.
Rasa kecewa, marah, menyesal dirasakannya pada waktu itu. Bagi Shafira ajang ini bukan hanya mencari kemenangan tetapi pengalaman, ia akan tetap menanamkan prinsip tersebut walaupun rasa campur aduk sedang dirasakanya. Dibalik semua itu, ia merasa bangga karena tim lain dari SMAN 1 Magetan mendapatkan juara 3 yakni tim P.A.S.E. dan harapan 1 yakni tim Wastly di ajang Global Youth Summit ini. Setelah rangkaian presentasi dari berbagai negara,
Semua siswa dari SMAN 1 Magetan, pada ajang budaya juga berprestasi dalsm menampilkan tarian dengan judul “Wonderful Nusantara” dengan durasi kurang lebih 5 menit mampu membuat audience kagum dan bertepuk tangan.
Day 1 dan Day 2 telah Shafira lewati, tibalah Day 3 dimana Shafira akan mengunjungi berbagai tempat di Singapura. Mulai dari Bugis, Orchard, Paya lebar, dan masih banyak lagi. Ini merupakan pengalaman baru baginya, apalagi ke tempat tempat tersebut ia harus berjalan kaki dan naik MRT, capek sih katanya tapi tak sebanding apa yang dirasakan dan apa yang dilihat selama disana. Ia mengamati bagaimana cara orang Singapura beraktivitas, Sangat mengagumkan.
Last Day, Shafira berkunjung di icon utama Singapura yakni patung Merlion. Patung yang biasa dilihatnya dari smartphone kini bisa dilihat Shafira secara langsung didepan mata. Perasaan senang dan tidak percaya dirasakan Shafira pada waktu itu. Karena disana , dia punya kenalan baru dari Singapura, namanya Anna. Waktu ditanya hobinya menggambar dan ternyata benar mereka bertukar akun Instagram lalu melihat postingan di IG Anna terdapat gambaran hasil karyanya yang estetik. Di Singapura ia bisa melihat budaya dan perkembangan teknologi yang sangat maju membuatnya terinspirasi untuk terus belajar dan mencari tantangan baru.
Salut untuk Shafira dan Tim Nafil serta tekad dan perjuangannya sebagai pemuda penerus bangsa
Hai, ini Zahra!.
Lengkapnya Azzahra Nuranti, siswi kelas akhir di SMAN 1 Magetan. Akan saya ceritakan kisahnya dalam mengikuti ajang perlombaan Global Youth Summit 2022 di Singapura. Bisa dibilang Zahra bukanlah anak yang gemar dengan kompetisi, tapi di kesempatan ini dia membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia bisa untuk keluar dari zona nyaman.
Global Youth Summit adalah ajang perlombaan tentang mencari dan membuat inovasi untuk menjaga alam secara berkelanjutan. Bersama teman kelompoknya yaitu, Shafira dan Faradito mereka mengangkat tentang limbah industri kulit. Saya yakin kalian sudah tidak asing dengan industri kulit. Seperti yang kita tahu, Magetan menjadi salah satu daerah industri kulit di Indonesia. Produk dari kulit yang ditawarkan pun juga beragam, seperti sepatu, sandal, tas, sabuk, dan masih banyak lagi. Tapi apakah limbah industri kulit sudah terkelola dengan baik?
Salah satu daerah di Magetan yaitu Desa Mojopurno yang juga sebagian penduduknya membuka industri rumahan kulit ternyata belum mengelola limbah dengan baik. Mereka membuang limbah industri langsung ke sungai, tanpa melalui proses apapun. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi sungainya? lalu bagaimana dengan pencemaran udara yang terjadi disana?
Nyatanya, limbah kulit tidak hanya menbawa dampak pada pencemaran air tapi juga pencemaran udara. atas ketidaknyamanan inilah yang pada akhirnya Tim mereka yang terdiri Zahra, Shafira, dan Faradito memutuskan untuk membuat suatu inovasi yang dinamai NAFIL (Natural Filtration) Of Leather Waste. Suatu langkah kecil dengan manfaat yang luar biasa, mereka fokus pada penghilang bau yang ditimbulkan dari limbah kulit. dengan bahan-bahan yang digunakan, ternyata produk mereka juga bisa sebagai penjernih air. Tim Nafil ini adalah sekelompok remaja yang mempunyai motto, “Give a change to zero waste”
Setalah melewati berbagai proses mulai dari survei, pengambilan sample, mencari data dari Dinas Lingkungan Hidup, melakukan percobaan berulang kali, dan proses lainnya akhirnya mereka siap untuk berangkat menuju Singapura.
Hari-hari disana sungguh menyenangkan, hari pertama adalah pengenalan acara, penyampaian kriteria penjurian, dan juga bermain bersama teman-teman dari beberapa negara lainnya. Hari Kedua adalah hari perlombaan, malam sebelumnya mereka mematangkan persiapan. Pagi harinya, mereka siap untuk perlombaan. Pengumuman kejuaraan dilaksanakan hari itu juga, sayangnya tim NAFIL harus ikhlas menerima kekalahan. Tidak apa, karena mereka bertiga yakin setiap proses yang dilakukan ada manfaat dan hikmahnya.
Zahra turut bangga pada tim lain dari SMAN 1 Magetan yang meraih juara 3 dan juara harapan 1. Hari-hari berikutnya diisi dengan mengikuti program GYS yaitu menjelajahi Singapura yang begitu menakjubkan, semua peserta digabungkan dengan berbagai siswa dari negara lain. Sehingga bisa berkenalan dan menambah teman.
Sungguh hal yang tidak akan pernah terlupakan, Zahra belajar banyak hal disana, dan dia berharap semoga perjalanan ini bisa semakin menyadarkan kita akan pentingnya menjaga alam, karena kita akan selalu hidup berdampingan dengan alam.
Inilah kisah Zahra saat mengikuti event International di tingkat ASEAN 2022. Ucapan terimakasih disampaikan bagi mereka yang sudah berkenan membaca cerita ini untuk pembelajaran dalam mengikuti lomba di tahun mendatang.
Salam
Singapore, 2022
Selamat untuk anak-anak yang luar biasa,hebat dan istimewa. Kalian tetaplah menjadi Sang Juara.
Bimbingan dan arahan dari Pak Eko, sangat mengagumkan. Salut
Terima kasih doa dan supportnya untuk amak anak generasi penerus kita. Salam hormat selalu.